Rabu, 10 Juni 2015

Dongkrak Minat Baca, Teras Baca “Sahabat” Ansor Kajen Buka Layanan Baca Gratis


 
Di Negeri Ibu pertiwi ini, budaya membaca belum sepenuhnya menjadi laku keseharian, mengingat di satu sisi, pendidikan kita belum mampu meletakkkan pondasi dasar bahwa membaca adalah kebutuhan paling vital sebelum jauh menginjak tingkat pendidikan ke arah yang lebih tinggi. Di lain sisi, pendidikan sampai saat ini pun belum menjamah seratus persen sampai ke setiap wilayah pelosok negeri, terutama desa-desa terpencil yang tidak mendapat perhatian lebih, baik dari pemerintah daerah maupun pusat.
Masalah kebiasaan membaca sudah menjadi masalah bangsa, karena rendahnya budaya membaca bagi bangsa kita sudah sangat memprihatinkan, belum lagi di era serba tekhnologi ini, budaya membaca semakin mengalami kemunduran, pasalnya, serbuan media elektronik, seperti televisi, internet, radio, dan lain sebagainya telah membuat aktivitas membaca menjadi pekerjaan yang dinomorberikutkan. Tidak hanya generasi yang instan yang bakal lahir, melainkan manusia-manusia yang tidak mengawali satu pekerjaan dari nol dan bersungguh-sungguh, sehingga orisinalitas ide serta beragam inovasi dari bermacam kreativitas menjadi hal yang sangat sulit direalisasikan, apalagi dikembangkan.
Padahal hampir secara keseluruhan, pada bangsa yang sudah maju dan ingin maju, kegiatan membaca merupakan suatu kebutuhan, sama seperti kebutuhan sandang, pangan, dan papan (SPP). Membaca adalah satu aktivitas penting bagi terciptanya generasi-generasi yang memiliki wawasan luas dalam segala hal, dan sudah barang tentu peka terhadap kondisi lingkungannya. Ada pepatah yang mengatakan, dengan membaca kita bisa membedah isi dunia. Sebenarnya, dengan membaca, seseorang telah melibatkan banyak aspek meliputi : berpikir (to think), merasakan (to feel), dan bertindak melaksanakan hal- hal yang baik dan bermanfaat sebagaimana yang dianjurkan oleh bahan bacaan (to act).
Fenomena sosial di atas adalah terjadinya lompatan budaya dalam masyarakat. Kita telah diserbu budaya media massa, padahal budaya baca belum tercipta dengan kuat dan menyeluruh menyentuh ke semua lapisan struktur masyarakat. Patut diketahui, di masyarakat Barat, munculnya budaya menonton televisi setelah didahului dengan terciptanya budaya baca yang kuat. Artinya, walaupun masyarakat Barat juga banyak menonton televisi, mereka tetap mampu mempertahankan budaya bacanya secara militan. Tampak nyata bahwa televisi begitu digemari. Padahal menurut Dharma Singh Khalsa, dalam Brain Longevity, televisi menjadikan otak pasif, melumpuhkan kemampuan berpikir kritis, dan terutama sekali merusak kecerdasan spasial dan otak sebelah kanan. Bahaya paling besar dari televisi ialah mengalihkan perhatian orang dari membaca buku.
Sepertinya, kita patut belajar dari seorang John Wood, eksekutif Microsoft yang memilih keluar dari pekerjaannya demi memelopori terciptanya budaya baca dan memberantas buta huruf. la mendirikan tak kurang dari 3.600 perpustakaan di Asia; menggagas room to read bagi anak-anak penyandang buta aksara, anak-anak miskin dan putus sekolah. Ia begitu tersentuh hatinya tatkala bertemu dengan anak-anak buta aksara di kaki Gunung Himalaya. Sebenarnya, kiprah John Wood telah menampar wajah sombong kita, para kaum terpelajar (well educated) negeri ini yang masih malas untuk membaca. Dari kondisi semacam inilah, kami mencoba mensemestakan kembali budidaya membaca dari desa, karena sampai saat ini masyarakat desa semakin terpinggirkan oleh segala sistem yang berjalan di negeri atau dunia ini. Dengan kata lain, masyarakat desa masih dipaksa tidur lelap di atas kubangan kebodohannya.
Terdorong oleh realitas tersebut, PAC GP Ansor Kecamatan Kajen berikhtiar dengan mendirikan Teras Baca “SAHABAT” yang berlokasi di Jalan Pahlawan Gang Gejligkidul RT 06/III No. 300 Kajen. Adapun tujuan pendirian Teras Baca ini adalah (1) Ikut serta dalam menyelenggarakan pendidikan keaksaraan kepada seluruh lapisan masyarakat, (2) Menjadikan buku sebagai jendela dunia dengan motto “Menjelajah Dunia Membuka Cakrawala”, (3) Menumbuhkan masyarakat yang gemar membaca, (4) Menumbuhkan kegiatan belajar mandiri melalui penyediaan buku-buku yang variatif, (5) Menambah wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan (6) Membantu kelancaran penyelesaian tugas-tugas para pelajar dan mahasiswa yang berada di sekitar Desa Gejlig Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan.
Beberapa waktu yang lalu proposal permohonan bantuan buku bacaan yang diajukan Teras Baca “SAHABAT” kepada penerbit Diva Press Yogyakarta juga dikabulkan sejumlah 200 eksemplar. Dengan modal buku milik sendiri dan bantuan tersebut Teras Baca “SAHABAT” sudah mulai membuka layanan baca gratis atau taman bacaan bagi masyarakat untuk semua kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Dari kegiatan tersebut diharapkan akan lahir benih-benih generasi muda yang cerdas, matang dan maju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

N
E
J
A
K
R
O
S
N
A
P
G
C
A
P